Rabu, 27 Agustus 2014

Benarkah Rubella saat hamil tidak bisa diobati???

Rasanya tidak percaya, demam ringan yang tidak bisa dikatakan serius disertai ruam yang hanya sehari yang tidak begitu parah itu ternyata adalah campak jerman. Aku hampir tidak merasakan sakit. Tetapi membaca artikel tentang dampak yang mungkin ditimbulkan begitu mengerikan. Aku baca juga bahwa sampai sekarang belum ada obat untuk rubella yang aman diberikan pada saat hamil. Aku memerlukan penjelasan yang lebih mendalam terkait hal ini. Benarkah aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah virus ini memyerang janin yang sedang kukandung. Akhirnya aku berkonsultasi dengan dr Naning, dokter klinik perusahaan tempat aku bekerja, untuk mencari referensi dokter yang pakar dalam permasalahan ini. Dia menyarankan aku untuk ke dokter SpOG yang subspesialisasinya adalah Bidang Fetomaternal. Dia berjanji untuk memberikan nama dokter yang sesuai dalam beberapa hari. Sebagai orang awam aku mempercayakan masalah ini padanya.
Selang beberapa waktu dia memberikan nama dokter yang dia janjikan. Namanya adalah dr. Frans. Dokter Frans bukan orang asing bagi dr Naning karena merupakan teman kuliahnya dulu. Menurutnya, dr Frans adalah dokter yang cerdas dan sangat teliti. Dan memang benar terbukti dari beberapa kali sesi konsultasi dan pemeriksaan. Konsultasi pertama dengan dr Frans, di RS Husada Utama Surabaya. Beliau ada jadwal praktek sore setelah maghrib. Pada jam kerja, beliau berdinas tetap di RSAL Surabaya. Dengan mempertimbangkan jadwal kerjaku yang selesai jam 4 setiap hari, aku memilih untuk berkonsultasi di RS Husada Utama. Dengan hati-hati beliau menjelaskan tentang kondisi yang mungkin terjadi terhadap janin yang terserang rubella dalam kandungan pada trimester pertama kehamilan. Memang persentasenya secara medis sangat besar. Dokter Frans menjelaskan dengan sangat objektif. Aku tidak merasa ditakut-takuti, tapi juga tidak diberi harapan yang terlalu tinggi. Beliau mengatakan jika terinfeksi rubella pada kehamilan trimester pertama, maka kemungkinan besar janin yang ada dalam kandungan akan terdampak infeksi virus tersebut. Dampak yang paling sering muncul adalah pada trias rubella yaitu kelainan jantung, mata dan pendengaran.
Aku mengajukan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan kepada dokter sebelumnya. Apakah ada yang bisa kulakukan agar janin dalam kandunganku tidak terdampak oleh virus rubella. Atau mungkin sudah ada teknologi untuk mendeteksi dan mencegah penularan rubella ibu hamil kepada janinnya. Jawabannya ternyata sama saja. Dia hanya mengatakan dampak itu nanti bisa terlihat setelah bayi berusia 20 minggu, pada saat proses pembentukan organ itu telah sempurna. “Nanti bisa dilihat melalui USG 4 dimensi” imbuhnya.
Sampai saat ini, belum ada obat atau anti virus yang bisa menghentikan serangan rubella terhadap janin dalam kandungan. Anti virus yang ada memiliki dampak yang sama seriusnya dengan dampak rubella terhadap janin dalam kandungan. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah memonitor terus perkembangan janin secara rutin untuk memastikan janin tumbuh sebagaimana seharusnya sesuai umur kehamilan. Yang paling membuatku terkesan pada dr Frans adalah saat beliau mengatakan kepadaku tentang sesuatu yang belum sempat kupikirkan. “Bapak dan Ibu adalah muslim, tentunya percaya dengan takdir Tuhan. Jangan pernah berpikir untuk menghentikan kehamilan ini, karena janin ini sudah memiliki nyawa yang punya hak untuk hidup.” Begitu kira-kira nasihat dr Frans, naluriku dengan serta merta membenarkannya, meskipun aku pernah tau di beberapa negara telah melegalkan aborsi karena rubella.
Dokter Frans memeriksa kondisi kandunganku. Semua aspek yang penting diukur dan dievaluasi dengan alat Ultrasonography (USG). Ukuran, berat dan denyut jantung tidak lupa diperiksanya. Kesimpulannya perkembangan janin sampai saat ini normal, dan akan terus dipantau setiap bulannya. Aku bertanya, apakah cukup kontrol kehamilan sebulan sekali seperti hamil normal dengan kondisi seperti ini? dr Frans mengatakan cukup.
Aku tidak ingin lengah dengan virus jahat ini, selepas bertemu dengan dokter Frans aku masih mencari dokter pakar yang lain. Setelah beberapa lama googling di internet dan Tanya sana sini kepada orang yang memiliki masalah pada kehamilannya, aku menemukan nama Prof. Dr. dr Agus Abadi SpOG(K) yang berpraktek di Jl. Diponegoro, Surabaya. Setelah mendapatkan jadwal prakteknya, aku mendatangi Prof Agus untuk berkonsultasi. Beliau sudah terlihat sepuh mungkin lebih dari 65 tahun. Tutur katanya halus seperti orang Jogja atau Solo. Beliau konsultan yang sangat supportif dan menenangkan. Dengan sangat meyakinkan beliau memberiku penjelasan dan argumen-argumen yang memotivasiku, bahwa tidak selayaknya virus ini ditakuti. Karena memang tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap virus ini, maka yang bisa dilakukan oleh seorang ibu yang hamil dengan virus ini harus kuat. Jangan mau kalah dengan virus ini. Beliau menghitungkan probabilitas seorang janin yang ibunya terinfensi rubella di trimester pertama kehamilannya. Menurutnya persentasi bayi lahir dengan kelainan karena rubella adalah 2 % saja. Angka itu beliau dapatkan setelah menghitung probabilitas berapa persen janin itu tertular , berapa persen janin itu terdampak dari penularan dan berapa persen janin itu dapat bertahan hidup dengan virus. Banyak virus lain yang dampaknya dilaporkan lebih mengerikan dari rubella.
Tidak berbeda dengan apa yang disampaikan dr Frans, beliau memotivasiku untuk kuat dan tetap tenang dalam melawan virus ini. “Tidak mudah menjadikan seseorang itu terlahir cacat, yang disengaja saja sulit, apalagi yang tidak disengaja seperti ini” imbuhnya. Pelajaran yang saya ambil dari Prof Agus adalah bahwa Allah lah Tuhan yang sepenuhnya mengatur kehidupan dan kematian manusia. Jika memang anak ini diciptakan untuk hidup pasti akan bertahan. Tapi jika tidak, janin itu akan luruh dengan spontan. Begitu seterusnya, aku mendatangi dr Frans dan Prof Agus setiap bulan masing-masing selang 2 minggu. Pengukuran objektif aku dapatkan dari dr Frans yang memang seorang sonographer dan motivasi aku dapatkan dr Prof Agus Abadi. Semua semata-mata hanyalah untuk meyakinkan kondisi janin termonitor dengan baik.
Sejak saat itu, kuputuskan untuk menjalani kehamilan ini dengan apa adanya, dengan keyakinan penuh bahwa tidak ada yang bisa menghalangi kehendak Allah SWT. Melaksanakan hanya yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban sebagai orang tua yang dititipi anak olehNya, berusaha sebaik mungkin mempersiapkan segala kemungkinan, termasuk kemungkinan terburuk.

1 komentar:

  1. Betway online casino: how to win online casino
    Betway online casino has all of the 바카라 features you need 온카지노 to know in order to play. There are a few differences among the bookmakers 샌즈카지노 you have access to online

    BalasHapus