Selasa, 19 Agustus 2014

Menemui Dokter Kedua...

BINGUNG !!! itulah yang kurasakan. Berkombinasi dengan sedih dan galau, benar-benar cukup membuatku hampir frustasi. Semakin banyak mengakses informasi tentang dampak rubella semakin stress yang kurasa. Aku masih tidak terima dengan vonis dokter yang hanya berdasarkan hasil equivocal (walaupun logika saya membenarkan penjelasannya). Aku putuskan untuk mencari pendapat dokter-dokter lain. Dokter itu harus lebih pintar daripada dokter Maya, pikirku. Saya mendatangi dokter Vita Maya, SpOG yang dulu menangani anak pertamaku, di RS Semen Gresik sela 2 hari dengan membawa hasil lab sebelumnya.
Saat mengantri dokter Vita, aku ketemu sama teman kantor yang hebis melahirkan di RS itu yang akan menengok bayinya yang masih harus tinggal di RS. Bayinya didiagnosis mengalami Down Syndrome dan ada kelainan jantung. Sontak aku jadi teringat dampak yang mungkin ditimbulkan oleh virus Rubella. Congenital Rubella Syndrome (CRS) begitu nama syndrome yang disebabkan oleh virus jahat itu. Organ yang paling sering diserang adalah jantung, mata dan pendengaran. Selain itu ada yang mengalami gangguan motorik dan juga mental. Waduh…tambah hancur rasanya hati ini..
Kudatangi bayi mungil itu..tumpahlah air mata ini melihatnya dibalik jendela kaca. Aku tidak menangis karena dia, karena aku betul-betul melihat ketabahan dan kebesaran jiwa kedua orang tuanya. Mamanya yang temanku itu bilang “jangan menangis tante… Z anak sehat dan pintar. Jangan menangis.” Begitu katanya… Mungkin dia tidak tahu, sebenarnya aku menangisi diriku sendiri, yang bisa jadi akan melahirkan anak yang berbeda dengan anak-anak yang lain. Berbeda, yang kini kuartikan sebagai istimewa.
Sambil tetap berurai air mata aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju klinik dokter Vita. Tidak lama setelah aku sampai dipanggillah antrian ke 10 atas namaku. Aku didampingi dokter perusahaan yang sudah kubuat janji untuk bertemu disana. Saat kutunjukkan hasil lab, enteng saja dokter itu bilang “tidak ada masalah apa-apa, hasil labnya bagus semua.” Ha????!!! Bukannya kegirangan, aku malah merasa aneh dengan penjelasan dokter itu. Bagaimana mungkin dua dokter membaca hasil yang sama dengan pandangan yang berbeda 180 derajad? Padahal sudah aku jelaskan kalau sempat muncul ruam dan saat itupun masih ada pembesaran kelenjar di belakang telinga yang mengindikasikan masih ada infeksi itu. Tentu saja aku tidak bisa membantah kata dokter, sehingga aku tanyakan apa perlu untuk tes lab ulang. Dia tidak terlalu menyarankan, tetapi dengan bantuan dokter perusahaan yang meyakinkannya, dia mau memberi pengantar laboratorium. Dalam hati, aku berkata "aku akan mencari dokter lain yang penjelasannya lebih bisa diterima oleh hati dan nalarku."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar